Zero Waste lagi digaung-gaungkan. Tercolek juga berusaha mengurangi sampah dirumah. Mulai dengan memanfatkan sampah organik seperti sisa makanan, kulit buah, sisa sayuran yang tidak terpakai dengan menimbunnya ditanah sebagai pupuk alami tanaman.
Memang belum komposting, karena keterbatasan lahan juga sehingga memilih langsung timbun di tanah.
Moment ke 2 yang kembali terlewatkan. Kakak dan adik Main Di dapur. Kakak mengambil sendok-sendok dan memasukkannya pada mulut gallon dan lubang-lubang disamping rak piring.
Si adik nggak mau kalah, menirukan memasukkan sendok ke dalam lubang-lubang rak. Kemudian sendok-sendok itu mulai sigerakkan bergantian. "suara musik" kata kakak. "Ini seperti alat musik apa namanya? Yang dari bambu di jajar-jajar itu", tanyanya. "Angklung" Jawab saya. "iya tapi ini yang dari besi",Sahutnya.
*Abaikan dapur yang berantakan ya 😁*
Ah... sayang sekali saya ketinggalan mengabadikan moment ketika anak-anak berimajinasi dengan beras.
Saya ajak adik bermain menuang beras dari satu mangkok ke mangkok lain untuk melatih motorik halusnya. Setelah lama bermain, rupanya adik mulai membuat beras berserakan kemana-mana. Tidak jadi masalah, dengan memegang beras akan belajar merangsang indera perabanya. Mengetahui bahwa tekstur beras itu kasar.
Moment imajinasi dimulai ketika adik menggoyang-goyang beras dalam nampan hingga berbunyi dan kakak pun ikut menjatuhkan beras dari atas. "Hujan...hujan" Kata kakak. Iya memang suara gesekan beras seperti suara hujan.
Mencoret, menggambar adalah salah satu cara visualisasi imajinasi.
Dan rupanya adik mulai suka mencorat-coret. Semua media yang ditemui akan dia coret. Mulai dinding, lemari meja, lantai dan kertas.
Tapi lambat laun adik mulai meminta kertas ketika ingin menggambar.
Bermain dengan tanah buat kakak dan adik selalu asyik. Tanah diaduk dengan air seperti membuat campuran semen kata kakak.
Lalu dibentuk dengan cetakan seperti batu batu, ada bulat seperti bola.
Kemudian di jemur di bawah matahari seperti mama memakai oven.
Itulah imajinasi anak-anak
Siang-siang main bareng bocil Di halaman depan rumah. Cari tempat yang teduh di bawah pohon mangga sambil menikmati semilir angin.
Sambil cabut-cabut rumput, kakak kembali mengingat-ingat tentang tumbuhan. Mulai tentang akar, batang, daun dan buahnya.
Melihat batu-batu dan bekas bongkaran bangunan banyak berceceran, ada ide untuk memanfaatkannya jadi pagar tiap tanaman supaya tanaman kecil tidak terinjak-injak lagi. Dan adik pun bisa belajar mengenal bentuk lingkaran. Sekaligus melatih motoriknya menyusul batu satu per satu mengikuti lubang garis yang sudah saya buat.
Kira-kira vitamin buat anak-anak bisa tidak dipakai untuk tanaman?
Ini lho yang dilakukan ayah. Ada vitamin kakak "Calcium" yang sudah kadaluarsa, daripada dibuang saja maka dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
Calcium yang berbentuk tablet dihancurkan lalu dicampur Air kemudian siram ke tanaman.
Reaksinya ke tanaman belum bisa dilihat sih 😊. Tapi semoga sehat-sehat ya tanamanku 😇
Setelah bersliweran regrow di sosmed akhirnya mencoba juga. Tapi pakai media tanah.
Sebelumnya pernah mencoba regrow kangkung dan berhasil. Kali ini mencoba regrow bayam
Hasilnya...sedikit kecewa kok sepertinya mengering. Hanya 2 batang yang sudah tumbuh daun kecilnya setelah 3 hari. Lainnya, entahlah...dilihat nanti ya 😢
Terbiasa melihat saya beberes, malah terkadang saya libatkan meskipun hanya memegang sapu, sulak atau pel. Ketika adik melempar rautan pensil dan sisa-sisa rautan bertebaran, langsung dia katakan "apu.... apu" (sapu...sapu), sambil berjalan mengambil sapu.
Rupanya adik berusaha membersihkan sisa-sisa rautan yang bertebaran.
Yang menjadi catatan adalah inisiatifnya untuk membersihkan karena ini yang akan menjadi bekal kreativitasnya.
Membuat mainan dari kardus bekas menjadi pilihan kakak hari ini, bersama seorang teman akan membuat tempat parkir mobil.
Dengan membuat ini, tidak hanya melatih imajinasi dan kreatifitasnya, tapi juga berlatih motorik ketika harus memotong sesuai garis. Juga belajar pengukuran.
"Ojo aneh-aneh", masih sering terlontar dari mulut saya untuk anak-anak. Sejatinya tidak ada sesuatu yang aneh, hanya saja frame yang saya gunakan berbeda dengan anak-anak. Dan pada akhirnya hanya membatasi imajinasi dan kreativitas anak-anak.
Mulai berusaha berubah dengan memberi ruang gerak bebas pada anak. Tak lupa kadang kala bolehlah pakai frame anak-anak supaya lebih mengerti apa yang mereka pikirkan dan mau.
Let's Change 💪
